Rabu, 01 Februari 2017

proposal ku



EFEKTIVITAS TEORI VAN HIELE DALAM PEMBELAJARAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX SEMESTER 1 SMP NEGERI 2 KOTA PAGARALAM TAHUN AJARAN 2016/2017.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi peserta didik melalui kegiatan pengajaran. Pada zaman globalisasi seperti sekarang ini, pendidikan sangat diperlukan untuk mengentaskan kebodohan. Dengan pendidikan, siswa diharapkan dapat mencapai perkembangan yang optimal. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam merespon setiap pelajaran yang diajarkan guna meningkatkan kualitas pendidikan (Sasmita, 2012).
Kualitas pendidikan salah satunya dapat dilihat dari segi kemampuan siswa dalam mata pelajaran matematika. Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduksi, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Pada dasarnya mata pelajaran matematika senantiasa terdapat pada semua kurikulum pendidikan. Entah itu dari tingkat TK sampai dengan tingkat perguruan tinggi (Sasmita, 2012).
Dalam konteks kurikulum ditemukan 5 standar isi dalam standar matematika. Standar tersebut meliputi: bilangan dan operasinya, pemecahan masalah, geometri, pengukuran, peluang dan analisis data. Pada dasarnya pencapaian pemahaman tersebut tidak sekedar untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika saja, namun diharapkan muncul efek iringan dari pembelajaran tersebut. Efek iringan yang dimaksud adalah siswa lebih : 1) memahami keterkaitan antar topik matematika; 2) menyadari akan penting dan strategisnya matematika bagi bidang lain; 3) memahami peranan matematika dalam kehidupan manusia; 4) mampu berpikir logis,kritis,dan sistematis; 5) kreatif dan inovatif mencari solusi; dan 6) peduli pada lingkungan sekitarnya. Dengan mengetahui efek pengiring ini, peran matematika dalam kehidupan menjadi semakin penting (Sasmita, 2012).
Kenyataan ditemukan bahwa guru sudah berusaha semaksimal mungkin mengajarkan materi-materi sesuai dengan standar isi dalam mata pelajaran matematika. Guru juga tampak antusias dalam merancang pembelajaran agar sesuai dengan tuntutan  peraturan menteri pendidikan nasional nomor 41. Namun dalam pelaksanaannya, pembelajaran yang dilakukan guru masih kurang terstruktur. Guru masih menggunakan cara mengajar yang cenderung satu arah yakni pembelajaran dari guru ke siswa yang menyebabkan terjadinya verbalisme dalam diri siswa . Tampaknya guru belum menemukan cara yang tepat dalam membelajarkan matematika agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai (Sasmita, 2012).
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu standar isi dalam standar matematika adalah geometri. Geometri adalah suatu cabang dari matematika yang mempelajari titik, garis, bidang serta ruang. Menurut Bobango (dalam Abdussakir, 2011) salah satu tujuan pembelajaran geometri adalah agar siswa dapat menjadi pemecah masalah yang baik. Meskipun demikian, yang terjadi selama ini adalah geometri merupakan materi yang sulit dipahami dan cenderung dibenci oleh kebanyakan siswa. Menurut Bobango (dalam Abdussakir, 2011) Hasil belajar semua siswa yang berkaitan dengan geometri dan pengukuran masih rendah. Dengan demikian, guru harus lebih bijaksana dalam memilih model atau pendekatan atau metode dalam menyampaikan materi matematika khususnya geometri.
Geometri menempati posisi khusus dalam kurikulum matematika karena banyaknya konsep-konsep yang termuat didalamnya (Abdussakir, 2011). Salah satu konsepnya adalah pembelajaran bangun ruang sisi lengkung. Bangun ruang sisi lengkung merupakan bagian-bagian yang berbentuk lengkungan dan biasanya bangun ruang tersebut memiliki selimut ataupun permukaan bidang. Di dalam kehidupan sehari-hari akan menemukan benda-benda seperti kaleng susu, kaleng cat, nasi tumpeng, dan bola sepak. Tabung merupakan bangun ruang sisi lengkung yang memiliki bidang alas dan bidang atas berbentuk lingkaran yang sejajar dan kongruen (Agus, 2008:18).
Guru dapat memanfaatkan hasil temuan dari penelitian mengenai teori-teori untuk menyelesaikan kesulitan siswa dalam geometri. Hasil penelitian yang dapat mengatasi kesulitan siswa dalam geometri adalah penelitian yang dilakukan Van Hiele pada tahun 1959. Menurut Afgani ( dalam Safrina, 2014) pada teori Van Hiele menjelaskan bahwa kombinasi antara waktu, materi pengajaran, dan metode pengajaran merupakan unsur yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa ke tingkat yang lebih tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam geometri ketiga unsur tersebut harus dapat dirancang dengan baik oleh guru dalam pembelajaran geometri.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik mengadakan penelitian tentang Efektivitas Teori Van Hiele Dalam Pembelajaran Bangun Ruang Sisi Lengkung Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX Semester 1 SMP Negeri 2 Kota Pagaralam Tahun Ajaran 2016/2017.

1.2  Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
1.2.1  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, di atas dapat dirumuskan permasalahan Apakah Penggunaan Teori Van Hiele efektif Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Bangun Ruang Sisi Lengkung Kelas IX Semester 1 SMP Negeri 2 Kota Pagaralam Tahun Ajaran 2016/2017 ?
1.2.2  Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan tidak menyimpang dari sasaran yang diharapkan, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini pada :
1).  Pembelajaran Teori Van Hiele diterapkan di kelas IX  SMP Negeri 2 Kota      Pagaralam.
2).  Materi yang diajarkan yakni materi bangun ruang sisi lengkung pada sub   pokok bahasan tabung di kelas IX SMP Negeri 2 Kota Pagaralam.
3).  Siswa yang diteliti adalah siswa kelas IX SMP Negeri 2 Kota Pagaralam Tahun Ajaran 2016/2017

1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah penggunaan Teori Van Hiele pada pembelajaran bangun ruang sisi lengkung efektif terhadap hasil belajar siswa di kelas IX SMP Negeri 2 Kota Pagaralam Tahun Ajaran 2016/2017.

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.    Bagi Siswa
Siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikirnya dan mengatasi kesulitan belajar siswa melalui Teori Van Hiele sehingga setiap siswa dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang lebih banyak.
2.    Bagi Guru
Dapat membandingkan prestasi siswa melalui pembelajaran Teori Van Hiele pada materi bangun ruang sisi lengkung.
3.    Bagi Sekolah
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengadakan variasi teori pembelajaran sebagai usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
4.    Peneliti
Menambah ilmu pengetahuan yang telah dimiliki peneliti dan merupakan wahana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat dibangku kuliah.

1.5 Anggapan Dasar dan Hipotesis
1.5.1 Anggapan Dasar
Menurut Surakhmad anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik (Arikunto, 2010:104)
Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah melalui teori van hiele dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dan dapat menyelesaikan soal pada materi bangun ruang sisi lengkung pada kelas IX SMP Negeri 2 Kota Pagaralam Tahun Ajaran 2016/2017.
1.5.2 Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010:110).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah Penggunaan Teori Van Hiele Efektif Terhadap hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Bangun Ruang Sisi Lengkung kelas IX  SMP Negeri 2 Kota Pagaralam Tahun Ajaran 2016/2017.





















II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Gagne (dalam Abdurrahman, 2009:32), proses belajar hendaknya bertahap, dari yang paling sederhana ke kompleks. Anak dapat belajar sesuatu lebih cepat melalui pengamatan atau melihat perilaku orang lain. Menurut Bandura (dalam Abdurrahman, 2009:32), adanya empat komponen dalam proses belajar melalui pengamatan, yaitu: (1) perhatian, (2) pencaman, (3) reproduksi gerak motorik, (4) ulangan penguatan dan motivasi. Setelah anak mencamkan dan menyimpan hasil pengamatannya dalam bentuk simbol-simbol.
Dari uraian pendapat di atas maka dapat dirumuskan definisi belajar yaitu suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yaitu perubahan kearah yang lebih baik. Perubahan tersebut adalah proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perilaku yang relatif menetap.



2.2 Pengertian Matematika
Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia berhubungan dengan ide dan penalaran. Ide-ide yang dihasilkan oleh pikiran-pikiran manusia itu merupakan sistem-sistem yang bersifat untuk menggambarkan konsep-konsep abstrak, dimana masing-masing bersifat deduktif sehingga berlaku umum dalam menyelesaikan masalah. Banyak orang yang mempertukarkan antara matematika dengan aritmatika dan berhitung. Padahal matematika memiliki cakupan yang lebih luas daripada aritmatika. Aritmatika hanya merupakan dari matematika, dari berbagai bidang studi yang diajarkan disekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa  baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar.
Menurut Johnson dan Myklebust (dalam Abdurrahman, 2003:252) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuantitafif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner (dalam Abdurrahman, 2003:252) mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kualitas.
Matematika sebagai ilmu mengenai struktur dan hubungannya dengan simbol-simbol yang diperlukan. Simbol-simbol itu sangat penting untuk membantu memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang ditetapkan. Simbol-simbol menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk suatu konsep baru.
Mempelajari matematika harus teratur dan memperhatikan hubungan keterkaitan  dengan materi yang mendasari serta harus memperhatikan kemampuan sebagai individu sehingga penyajian ide atau konsep matematika yang harus didasarkan pada pengalaman sebelumnya.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan penelahaan bentuk, struktur yang abstrak serta pola berpikir dalam memecahkan suatu masalah dimana diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang ada pada matematika tersebut.

2.3 Pengertian Teori Van Hiele
Teori Van Hiele dikembangkan oleh Piere Marie van Hiele dan Dina van Hiele-Geldolf sekitar tahun 1950-an telah diakui secara internasional, hingga saat ini telah diakui secara internasional dan memberikan pengaruh yang kuat dalam pembelajaran geometri disekolah. Menurut teori van hiele, seseorang akan melalui lima tahap perkembangan berpikir dalam belajar geometri (Abdussakir :2011). Kelima tahap perkembangan berpikir van hiele adalah tahap 0 (visualisasi), tahap 1 (analisis), tahap 2 (deduksi informal), tahap 3 (deduksi), tahap 4 (rigor).
Dalam (Abdussakir, 2011) Adapun tahap berpikir van hiele dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Tahap Visualisasi (tingkat 0)
Pada tahap ini siswa mengenal bentuk-bentuk geometri hanya sekedar berdasar karakteristik visual dan penampakannya. Siswa secara eksplisit tidak terfokus pada sifat-sifat obyek yang diamati, tetapi memandang obyek sebagai keseluruhan. Oleh karena itu, pada tahap ini siswa tidak dapat memahami dan menentukan sifat geometri dan karakteristik bangun yang ditunjukan.
2.Tahap Analisis (tingkat 1)
Pada tahap ini sudah tampak adanya analisis terhadap konsep dan sifat-sifatnya. Siswa dapat menentukan sifat-sifat suatu bangun dengan melakukan pengamatan, pengukuran, eksperimen, menggambar dan membuat model.
Meskipun demikian, siswa belum sepenuhnya dapat menjelaskan hubungan antara sifat-sifat tersebut, belum dapat melihat hubungan antara beberapa bangun geometri dan definisi tidak dapat dipahami oleh siswa.
    3. Tahap Deduksi informal (tingkat 2)
Pada tahap ini, siswa sudah dapat melihat hubungan sifat-sifat pada suatu bangun geometri dan sifat-sifat antara beberapa bangun geometri. Siswa dapat membuat definisi abstrak, menemukan sifat-sifat dari berbagai bangun dengan menggunakan deduksi informal, dan dapat mengklarifikasikan bangun-bangun secara hirarki. Meskipun demikian, siswa belum mengerti bahwa deduksi logis adalah metode untuk membangun geometri.
4.Tahap Deduksi (tingkat 3)
Pada tahap ini siswa dapat menyusun bukti, tidak hanya sekedar menerima bukti. Siswa dapat menyusun teorema dalam sistem aksiomatik. Pada tahap ini siswa berpeluang untuk mengembangkan bukti lebih dari satu cara. Perbedaan antara pernyataan dan konversinya dapat dibuat dan siswa menyadari perlunya pembuktian melalui serangkaian penalaran deduktif.
5. Tahap rigor (tingkat 4)
Pada tahap ini siswa bernalar secara formal dalam sistem matematika dan dapat menganalisa konsekuensi dari manipulasi aksioma dan definisi. Saling keterkaitan antara bentuk yang tidak didefinisikan, aksioma, definisi, teorema dan pembuktian formal dapat dipahami.
Teori van hiele mempunyai karakteristik, yaitu:
a.  Tahap-tahap tersebut bersifat hirarki dan sekuensial
b. Kecepatan berpindah dari tahap ketahap berikutnya lebih bergantung pada pembelajaran
c. Setiap tahap mempunyai kosakata dan sistem relasi sendiri-sendiri
d. Setiap tahap memiliki karakteristik bahasa, simbol dan metode penyimpulan   sendiri-sendiri.
2.3.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Teori van hiele
Pembelajaran geometri dengan menggunakan teori van hiele adalah pembelajaran yang memperhatikan tingkat/level berpikir peserta didik , serta memiliki langkah-langkah yang terstruktur di dalam penerapannya (Sasmita, 2011). Untuk meningkatkan satu tahap berpikir ke tahap yang lebih tinggi, van hiele mengajukan pembelajaran yang melibatkan lima langkah, yaitu:
1. Fase informasi (information)
Bertujuan agar guru dapat mempelajari pengetahuan awal apa yang dimiliki siswa tentang topik yang dipelajari dan siswa mempelajari arah studi selanjutnya yang akan diambil.
2. Fase orientasi langsung (directed orientation)
Bertujuan merangsang siswa secara aktif untuk mengeksplorasi objek-objek (misalnya; memutar, melipat, mengukur) untuk mendapatkan hubungan prinsip dari hubungan yang sudah terbentuk, guru hanya mengarahkan siswa.
3. Fase penjelasan (explication)
Guru mengenalkan terminologi tentang geometri dan mewajibkan siswa untuk menggunakannya dalam percakapan dan dalam mengerjakan tugas.
4. Fase orientasi bebas (free orientation)
Guru menyediakan tugas yang dapat dilengkapi siswa dengan cara yang berbeda dan membuat siswa menjadi lebih cakap dengan pengetahuan geometri yang sudah diketahui sebelumnya.
5. Fase integrasi (integration)
Pembelajaran dirancang untuk membuat ringkasan dari apa yang telah dipelajari.

2.4 Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu dari kata “efektivity” yang berarti tingkat kejadian, tingkat pengadaan atau tingkat keberhasilan (Adelina, 2012). Pengertian Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari organisasi. Suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap sasaran yang telah di tentukan (Arsana, 2013). Dalam (Arsana, 2013) Efektivitas di katakan berhasil jika memenuhi atau bahkan melebihi KKM pembelajaran yang diteliti.

2.5 Hasil Belajar Siswa
2.5.1 Pengertian Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku (Sudjana, 2009:3). Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2010:30). Hasil belajar harus menunjukan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan prilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah adanya perubahan prilaku secara menyeluruh pada seseorang setelah terjadi proses belajar.


2.6 Bangun Ruang Sisi Lengkung
2.6.1 Pengertian Bangun Ruang Sisi Lengkung
Menurut Agus (2008:18) Bangun ruang sisi lengkung adalah kelompok bangun ruang yang memiliki bagian-bagian yang berbentuk lengkungan. Biasanya bangun ruang tersebut memiliki selimut ataupun permukaan bidang. Yang termasuk ke dalam bangun ruang sisi lengkung adalah tabung, kerucut, dan bola.

2.6.2 Bangun Ruang Tabung
Tabung (Silinder) merupakan bangun ruang sisi lengkung yang memiliki bidang alas dan bidang atas berbentuk lingkaran yang sejajar dan kongruen (Agus, 2008:18). Tabung dapat kita jumpai di sekolah dan dilingkungan kehidupan sehari-hari seperti gelas, kaleng susu, kaleng cat, drum, dll.
Ciri-ciri tabung:
1. Memiliki jumlah rusuk 2
2. Tidak memiliki titik sudut atau dapat disebut juga titik sudut =0
3. Memiliki 3 bidang sisi
Untuk mencari luas dan jaring-jaring di atas (luas bidang sisi tabung dengan tutup) adalah :
 secara umum ditulis :
Rumus mencari luas tabung :


Luas alas =
 
 



Rumus mencari luas selimut tabung :
Luas selimut tabung = keliling alas x tinggi


Luas selimut tabung = 2xt
 
 


L bidang sisi tabung dengan tutup :
L bidang sisi tabung dengan tutup = luas alas + luas selimut + luas tutup
L bidang sisi tabung dengan tutup =
L bidang sisi tabung dengan tutup =
Atau


L bidang sisi tabung dengan tutup = 2
 
 


L bidang sisi tabung tanpa tutup :
L bidang sisi tabung tanpa tutup =


L bidang sisi tabung tanpa tutup =
 
 


Sedangkan untuk mencari volume tabung dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
Volume tabung = Luas alas x tinggi tabung
Volume tabung = Luas lingkaran x tinggi tabung
Volume tabung =
 
Volume tabung =
















III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang  sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan factor-faktor lain yang mengganggu ( Arikunto, 2010: 37).
Rancangan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini, peneliti mengadakan uji coba pembelajaran dengan menggunakan dua cara yang berbeda terhadap dua kelas yang terpilih yaitu kelas eksperimen menggunakan Teori Van Hiele dan kelas kontrol menggunakan model biasa (konvensional). Eksperimen ini dilakukan untuk mengetahui penggunaan teori van hiele efektif terhadap hasil belajar siswa kelas IX SMP Negeri 2 Kota Pagar Alam Tahun Ajaran 2016/2017.
Penelitian ini menggunakan desain Post-test Only Control Design. Desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut.


E                X        
K                          

 
 
                                                                 (Sugiyono, 2010:112).

Keterangan :
E    : Kelompok Eksperimen                                          
K   : Kelompok Kontrol
X   : Perlakuan menggunakan model pembelajaran Teori Van Hiele
O : Observasi Kelompok Eksperimen Tes Akhir (Postest)
O : Observasi Kelompok Kontrol Tes Akhir (Postest)

3.2 Variabel Penelitian
Menurut Arikunto (2010:161), variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
Berdasarkan definisi tersebut, variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel Bebas (X)                    :  Pengajaran matematika dengan                                                                           menggunakan teori van hiele
b. Variabel Terikat (Y)                  : Hasil belajar siswa setelah menggunakan          teori van hiele
3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian(Arikunto, 2010:173). Jadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 2 Kota Pagaralam Tahun Ajaran 2016/2017.
Tabel 1
Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Kota Pagaralam
Tahun Ajaran 2016/2017

No
Kelas
Jumlah Siswa
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1
IX.A
5
13
18
2
IX.B
6
11
17
3
IX.C
         9
14
23
4
IX.D
11
16
27
5
IX.E
13
14
27
6
IX.F
14
14
28
7
IX.G
11
16
27
8
IX.H
12
15
27
9
IX.I
10
18
28
Jumlah
91
131
222
Sumber : SMP Negeri 2 Pagaralam Tahun Ajaran 2016/2017
3.2.2 Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (2010:174), sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan teknik random sampling (acak), sampel yang diambil dua kelas dengan  cara acak, satu untuk kelas kontrol dan satu untuk kelas eksperimen siswa kelas IX SMP Negeri 2 Kota Pagaralam Tahun Ajaran 2016/2017.
Tabel 2
Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Kota Pagaralam
Tahun Ajaran 2016/2017
No
Kelas
Jumlah Siswa
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1
IX.G
11
16
27
2
IX.I
11
18
29
Jumlah
22
34
56
Sumber: TU SMP Negeri 2 Pagaralam Tahun Ajaran 2016/2017

3.3 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
3.3.1 Teknik Tes
Dalam penelitian ini untuk memperoleh data hasil belajar matematika siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung dipakai teknik tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010:193). Tes yang digunakan adalah tes essay yang berjumlah 5 soal. Teknik ini dilakukan setelah perlakuan diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan tujuan mendapatkan data akhir. Tes diberikan kepada kedua kelas dengan alat tes yang sama dan hasil pengolahan data digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian.
3.3.2 Metode Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2010:201).


3.4 Uji Coba Instrumen
3.4.1 Validitas
Menurut Arikunto (2012:79),  data yang valid itu adalah data evaluasi yang sesuai dengan kenyataan. Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid. Data yang diperoleh dari hasil sebelum tes akhir diberikan pada subjek penelitian instrument tes terlebih dahulu diuji cobakan pada kelas IX SMP Negeri 2 Kota Pagar Alam. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment.
Adapun rumus yang digunakan untuk mencari validitas instrumen ini adalah rumus product moment yaitu:
(Arikunto, 2010:213)
Keterangan :
rxy                                   = Koefisien kolerasi tiap item
N              = Banyak subyek uji coba
            = Jumlah skor item
                        = Jumlah skor total
          = Jumlah kuadrat skor item
          = Jumlah kuadrat skor total
          = Jumlah perkalian skor item dengan skor total.
      Kemudian hasil rxy di konsultasi dengan r tabel product moment dengan α = 5%, jika  r hitung > r tabel maka alat ukur dikatakan valid.

3.4.2 Reliabilitas
Menurut Arikunto (2010:221) reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Rumus untuk mengukur reliabilitas adalah.
            (Arikunto, 2010:239)
Keterangan :
            : Reliabilitas instrumen
k                : Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal
        : Jumlah varians butir
           : Varians total
Kriteria : Jika  maka butir soal dikatakan reliabel, dengan taraf signifikan α = 5% dan dk = N-1.

Tabel 1.1 Klasifikasi Koefesien Reliabilitas
Nilai r11
Interprestasi
0,90 ≤ r11 ≤ 1,00
Reliabilitas sangat tinggi
0,70 ≤  r11 < 0,90
Reliabilitas tinggi
0,40 ≤ r11 < 0,70
Reliabilitas Sedang
0,20 ≤  r11 < 0,40
Reliabilitas rendah
r11 < 0,20
Reliabilitas  sangat rendah
( Arikunto, 2010)
3.4.3 Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Untuk menguji taraf  kesukaran soal ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
       =                                           (Rasyid dan Mansyur, 2011:241)
Keterangan :
    = Tingkat kesukaran butir soal atau proporsi menjawab benar butir i
= Banyaknya testee yang menjawab benar butir i
Smi = Skor maksimum
N   = Jumlah testee

Tabel 1.2 Kriteria Indeks Kesukaran
P (Proporsi)
Jenis soal
0,00
Sangat sukar
0,00 <  P  0,30
Sukar
0,30 <  P  0,70
Sedang
0,70 <  P  1,00
Mudah
1,00
Sangat mudah
           (Sumber : Arikunto, 2010:210)

3.4.4 Daya Pembeda
Daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah (Arikunto, 2010:211). Untuk membedakan daya pembeda soal ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
           (Arikunto, 2011:250)
Keterangan :
D                = Indeks daya pembeda butir soal
        = Jumlah skor minimal yang dijawab oleh testee kelompok atas
        = Jumlah skor minimal yang dijawab oleh testee kelompok bawah
              = Skor maksimum
N A             = Jumlah testee kelas atas
N B             = Jumlah testee kelas bawah
PA=      = Proposi Peserta kelas atas
PB=    = Proposi Peserta kelas bawah




Tabel 1.3 KRITERIA DAYA PEMBEDA
D
Daya Pembeda
D= Negatif
Semuanya Tidak Baik
Jelek
Cukup
Baik
Soal Sangat Baik
                                        Sumber: (Arikunto, 2010:218)
3.5 Teknik Analisis Data
3.5.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan kelas eksperimen, kelas kontrol, perhitungan dilakukan dari data nilai harian materi tabung. Hipotesis yang digunakan adalah:
  = Data berdistribusi normal
  = Data tidak berdistribusi normal
Adapun rumus yang digunakan adalah rumus chi-kuadrat yaitu :
                                               (Arikunto, 2010:333)
Keterangan :
     = harga chi-kuadrat                          
          = frekuensi hasil pengamatan           
          = ferkuensi yang diharapkan
            = banyaknya kelas interval
Kriteria pengujiannya yaitu :
 diterima jika pada tabel chi-kuadrat
 diterima jika  pada tabel chi-kuadrat. Dengan taraf signifikasi 5%
3.5.2 Uji Homogenitas
Hipotesis yang digunakan adalah:
 =  variannya homogen
 =     variannya tidak homogen
Rumus yang digunakan adalah :
                                        (Sudjana, 2005:249)
Keterangan :
 = Varian terbesar
 = Varian terkecil
Kriteria pengujiannya adalah diterima jika < F <

 
Sebelum sampai dalam pengujian hipotesis, penulis melakukan lansssgkah-langkah yang dianggap penting untuk  menganalisis data, sehingga kesimpulan yang penulis dapatkan benar-benar dapat dipertanggung jawabkan.
Langkah-langkah tersebut adalah :
Langkah 1. Mencari nilai rata-rata (mean) data tunggal :
                                (Sudjana, 2005:67)
Keterangan :
        = Rata-rata hitung dari hasil tes kelas i
  = Jumlah nilai tes siswa kelas i
Xi         = Jumlah siswa kelas i
Langkah  2.  Menghitung simpangan baku
                                           (Sudjana, 2005:94)
            
Selanjutnya adalah menggunakan rumus uji statistik sebagai berikut :
                                                         (Sudjana, 2005:241)
Dimana:
       = Nilai rata-rata kelas ke-1 (Kelas Eksperimen)
       = Nilai rata-rata kelas ke-2 (Kelas Kontrol)
        = Jumlah siswa kelas ke-1 (Kelas Eksperimen)
        = Jumlah siswa kelas ke-2 (Kelas Kontrol)
        = Nilai standar deviasi siswa kelas ke-1 (Kelas Eksperimen)
        = Nilai standar deviasi siswa kelas ke-2 (Kelas Kontrol)
Langkah 3. Kriteria Pengujian dari  Uji t
Penulis menggunakan uji t, uji satu pihak yaitu pihak kanan dengan taraf signifikan 5%. Tolak  jika
                                                                                               (Sudjana, 2005:243)
Dengan:
                     ;                              
               ;                         (Sudjana, 2005:243)
Kriteria pengujian adalah ; diterima H0 jika t<t1 -   dan ditolak H0  jika t mempunyai harga-harga lain, dimana derajat kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n1 +  n2 – 2) dengan peluang (1 – ).
Untuk menguji kriteria hipotesis ini, akan digunakan kriteria hipotesis sebagai berikut:
             :           Hasil Belajar Siswa Menggunakan Teori Van Hiele Sama Seperti Hasil Belajar Siswa Menggunakan Pembelajaran Konvensional Kelas IX  SMP Negeri 2 Kota Pagaralam Tahun Ajaran 2016/2017.
             :            Hasil Belajar Siswa Menggunakan Teori Van Hiele Lebih Baik Daripada Hasil Belajar Siswa Menggunakan Pembelajaran Konvensional Kelas IX  SMP Negeri 2 Kota Pagaralam Tahun Ajaran 2016/2017.
Uji pihak kanan dapat digambarkan seperti:
        Kurva Uji Hipotesis Pihak kanan
                             
Daerah Penerimaan H0
 
Luas = α
 
                                                                                                        Daerah Penolakan Ho





 
(Sudjana, 2005:224).

 
















DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta: Jakarta.

Abdussakir. 2010. Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Van Hiele. Jurnal Kependidikan dan Keagamaan, Vol VII Nomor 2, Januari 2010, ISSN 1693-1499. Fakultas Tarbiyah UIN Maliki: Malang.

Adelina, Rima. 2012. Analisis Efektifitas Dan Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Terhadap Pendapatan Daerah Di Kabupaten Gresik. Universitas Negeri Surabaya: Surabaya.

Agus, Nuniek Avianti. 2008. Mudah Belajar Matematika Untuk Kelas IX Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. BSE Depdiknas: Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Jakarta.

                                  . 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.

Arsana, I Made Budi Kusuma. 2013. Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Pajak Reklame Serta Prospeknya Di Kabupaten Badung. E-Jurnal EP Unud, ISSN 2303-0178. Universitas Udayana: Badung.

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Rasyid, Harun dan Mansyur. 2011. Penelitian Hasil Belajar. Wacana Prima: Bandung

Sasmita, I Gst. A. A. Lisa, dkk. 2013. Pengaruh Teori Van Hiele Dalam Pembelajaran Geometri Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Sd di Desa Sinabun. Universitas Pendidikan Ganesha: Singaraja.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta.

STKIP Muhammadiyah. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. STKIP Muhammadiyah: Pagaralam.

Safrina, Khusnul. 2014. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Geometri Melalui Pembelajaran Kooperatif Berbasis Teori Van Hiele. Jurnal Didaktik Matematika, Vol I Nomor 1, April 2014, ISSN 2355-4185. Universitas Syiah Kuala: Banda Aceh.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.



1 komentar:

  1. Casinos With the Best Bonuses | MrCD
    Top 경상북도 출장마사지 20 Best Online 서귀포 출장안마 Casinos with the 여주 출장안마 Best 전주 출장마사지 Bonuses — What Makes Playing At A Casino Great For A Player's Gamble? — At A Casino Great For 양주 출장마사지 A Player's Gamble? We've reviewed 100

    BalasHapus